Minggu, 30 Maret 2014

Dianmas Vol. 2 No. 2, Oktober 2013, Hal : 95 -100



KAJIAN IMPLEMENTASI PRODUKSI BERSIH PADA IKM BATIK
DI SENTRA BATIK DESA TIRTOMOYO, KABUPATEN WONOGIRI

Edy Suhartono(1,2), Basuki Setyo Budi (1)
 (1) Politeknik Negeri Semarang
(2) Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Jl. Imam Bardjo, SH. No. 3, Semarang
Abstrak
Perkembangan industri batik di Kabupaten Wonogiri sangat pesat yang didukung oleh puluhan sentra batik yang tersebar di beberapa kecamatan. Sebelum tahun 2007, kondisi sentra batik Kabupaten Wonogiri berkembang secara alami. Berdasarkan kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja, maka jenis industri kerajinan batik menduduki rangking pertama atau sangat potensial dalam penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 853 orang. Salah satu klaster yang padat dengan volume produksi tinggi adalah klaster batik Desa TirtomoyoKecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri. Untuk meningkatkan kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan pada klaster batik Desa Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri dilakukan penerapan perangkat produksi bersih berkelanjutan dan optimalisasi pemanfaatan limbah padat melalui pola (3R).Hasil produksi pengrajin batik ada berupa kain batik, sprei dan sarung bantal, hem, kemeja, daster, sarung, taplak meja, kerudung. Kapasitas produksi masing –masing pengrajin per bulan antara 30 kodi sampai 500 kodi. Pertumbuhan UKM di Kabupaten Wonogiri khususnya klaster batik  Desa Tirtomoyo setiap tahunnya berkembang meskipun ada yang tutup usahanya, dan merupakan jantung perekonomian garmen di kabupaten Wonogiri. Rata-rata satu perusahaan mempunyai karyawan 15 orang. Setiap tahun rata-rata satu perusahaan mempergunakan 10.950 kg lilin batik, kain grey 182.880 m, H2O2 1600 l, koslik 2000 kg, teepol 200 kg. pada proses produksi batik rata-rata membutuhkan air 15.000 l, minyak tanah 10 l. Sedangkan selama setahun lilin yang terbuang 12,5%, produk gagal 9.144 m, H22 yang tercecer 200 l, kostik yang tercecer 24 kg, air limbah 80% dari air yang digunakan, teepol yang tercecer 10 kg, bahan pewarna 50,4 kg, belum ada yang mengunakan pewarna alam.Tahapan  yang harus dilalui untuk menerapkan produksi bersih berkelanjutan yaitu mengidentifikasi penyebab inefisiensi,  menganalisis sebab dan dampak lingkungan, menentukan langkah-langkah perbaikan pengelolaan lingkungan yang diperlukan, mengintegrasikannya dalam struktur organisasi perusahaan serta mengevaluasi langkah-langkah tersebut.
Kata kunci :  Efisiensi, Produksi Bersih, Pengelolaan lingkungan

A.      PENDAHULUAN

             Dewasa ini, penerapan perangkat-perangkat pengelolaan lingkungan mengarah pada upaya perbaikan lingkungan yang dilakukan secara terpadu dan sistematis oleh seluruh pihak yang berkepentingan menuju pencapaian keseimbangan aspek lingkungan, ekonomi dan sosial. Upaya terpadu dan sistematis tersebut (selanjutnya klik...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar